Total air
dalam tubuh dapat mengalami defisit (dehidrasi) akibat pengeluaran air yang
berlebihan ataupun konsumsi air yang tidak adekuat. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu dehidrasi ringan, sedang, dan berat.
Dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya 1-2% berat tubuh, dehidrasi sedang
ditandai dengan hilangnya 2-5% berat tubuh, dan dehidrasi berat ditandai dengan
hilangnya lebih dari 5% berat tubuh.1
Dehidrasi
pada anak-anak Indonesia sangat mudah dijumpai. Anak-anak yang sedang bermain
kerap kali sulit dikontrol sehingga jumlah pengeluaran air dalam bentuk
keringat pun sangat tinggi. Tingginya pengeluaran air dari tubuh juga didukung
oleh kondisi Indonesia yang cukup panas, terutama pada puncak musim kemarau.
Fungsi otak
sangat dipengaruhi oleh homeostasis air. Sekitar 80% bagian otak tersusun atas
air. Di dalam otak, ruangan antar sel-sel saraf (neuron) diisi oleh sel-sel
glial, menyisakan hanya sedikit ruangan bagi cairan ekstraseluler. Bahan dasar
bagi cairan ekstraseluler adalah air. Perubahan jumlah air dalam tubuh akan
berdampak pada perubahan jumlah cairan ekstraseluler. Perubahan jumlah cairan
ekstraseluler sedikit saja dapat mengakibatkan ketidakseimbangan konsentrasi
ion di otak. Padahal, ion di otak sangat diperlukan dalam perambatan rangsang
sepanjang sel saraf. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya jumlah air dalam
tubuh, termasuk dalam otak dapat mengganggu kerja otak secara langsung.2,3
Perkembangan
otak berlangsung sejak dalam kandungan hingga akhir masa remaja. Perkembangan
otak tercepat terjadi sejak lahir hingga anak-anak berusia 3 tahun. Jika
terjadi gangguan otak pada masa anak-anak, maka otak tidak akan pernah mencapai
tingkat kematangan maksimalnya walaupun sudah mencapai akhir masa remaja.4
Penelitian
pada sejumlah subjek yang dibiarkan kehausan selama 24 jam membuktikan bahwa
dehidrasi derajat sedang (lebih dari 2%) dapat menyebabkan gangguan yang
signifikan pada fungsi kognitif dan motorik, misalnya memori jangka pendek,
diskriminasi perspektif, dan fungsi visual-motorik. Dari hasil penelitian juga
ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah air yang hilang
antara laki-laki dan perempuan.1
Penelitian
lain menunjukkan bahwa subjek yang masih muda dan sehat mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi terhadap berkurangnya jumlah air dalam tubuh yang bersifat
lambat dan progresif. Kemunduran awal memori jangka pendek akibat dehidrasi akut
dapat kembali ke keadaan semula 3,5 jam setelah diberikan air minum. Akan
tetapi, kemampuan adaptasi ini tidak berlaku bagi anak-anak karena kehilangan
air pada anak-anak umumnya bersifat cepat dan progresif, misalnya setelah bermain dalam waktu yang lama
di lingkungan panas.5
Dari pembahasan
di atas, kita dapat melihat betapa pentingnya air bagi perkembangan otak anak.
Air juga berguna untuk menghindari terjadinya gangguan fungsi kognitif dan
motorik, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu, saya ingin
mengajak teman-teman pembaca blog ini untuk mulai mengonsumsi air minum secara
teratur, minimal 1,5 L atau sekitar 8 gelas setiap harinya.6
Teman-teman juga harus mulai mengingatkan orang-orang di lingkungan sekitar
teman-teman, terutama anak-anak untuk selalu mengonsumsi air dalam jumlah yang
cukup setiap harinya. Tentunya, air yang diminum tidak boleh sembarangan,
haruslah air bersih yang memang layak untuk diminum. Jika ragu-ragu apakah air
tersebut layak untuk minum atau tidak, teman-teman sebaiknya memilih air
mineral yang memang sudah lolos uji atau terdaftar di BPOM RI.
Referensi:
1. Szinnai G, Schachinger H, Arnaud MJ, Linder
L, Keller U. Effect of water deprivation on cognitive-motor performance in
healthy men and women. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 2005 April 21; 289: 275-280
2. Moghaddam MA,
Ottersen OP. The molecular basis of water transport in the brain. Nature
Reviews Neuroscience. 2003 December; 4: 991-1001
3. Fowler JS,
Volkow ND, Kassed CA, Chang L. Imaging the addicted human brain. Sci Pract
Perspect. 2007 April; 3(2): 4-16
4. Johnson SB, Blum
RW, Giedd JN. Adolescent maturity and the brain: The promise and pitfalls of
neuroscience research in adolescent health policy. J Adolesc Health.
2009 September; 45(3): 216-221
5. Cian C, Barraud
PA, Melin B, Raphel C. Effects of fluid ingestion on cognitive function after
heat stress or exercise-induced dehydration. Int J Psychophysiol. 2001;
42: 243-251
6. EFSA Panel on
Dietetic Products, Nutrition, and Allergies (NDA). Scientific opinion on dietary
reference values for water. EFSA Journal. 2010; 8(3): 1459.
a101o7fyrqo438 dual stimulator,male sex toys,sex chair,dildo,male sexy toys,vibrators,dildo,penis rings,dual stimulator d148r6llvel329
BalasHapus