Kamis, 24 Januari 2013

Minum Air yang Cukup: Memelihara Perkembangan Otak Anak


Total air dalam tubuh dapat mengalami defisit (dehidrasi) akibat pengeluaran air yang berlebihan ataupun konsumsi air yang tidak adekuat. Dehidrasi dapat diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya 1-2% berat tubuh, dehidrasi sedang ditandai dengan hilangnya 2-5% berat tubuh, dan dehidrasi berat ditandai dengan hilangnya lebih dari 5% berat tubuh.1

Dehidrasi pada anak-anak Indonesia sangat mudah dijumpai. Anak-anak yang sedang bermain kerap kali sulit dikontrol sehingga jumlah pengeluaran air dalam bentuk keringat pun sangat tinggi. Tingginya pengeluaran air dari tubuh juga didukung oleh kondisi Indonesia yang cukup panas, terutama pada puncak musim kemarau.

Fungsi otak sangat dipengaruhi oleh homeostasis air. Sekitar 80% bagian otak tersusun atas air. Di dalam otak, ruangan antar sel-sel saraf (neuron) diisi oleh sel-sel glial, menyisakan hanya sedikit ruangan bagi cairan ekstraseluler. Bahan dasar bagi cairan ekstraseluler adalah air. Perubahan jumlah air dalam tubuh akan berdampak pada perubahan jumlah cairan ekstraseluler. Perubahan jumlah cairan ekstraseluler sedikit saja dapat mengakibatkan ketidakseimbangan konsentrasi ion di otak. Padahal, ion di otak sangat diperlukan dalam perambatan rangsang sepanjang sel saraf. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya jumlah air dalam tubuh, termasuk dalam otak dapat mengganggu kerja otak secara langsung.2,3

Perkembangan otak berlangsung sejak dalam kandungan hingga akhir masa remaja. Perkembangan otak tercepat terjadi sejak lahir hingga anak-anak berusia 3 tahun. Jika terjadi gangguan otak pada masa anak-anak, maka otak tidak akan pernah mencapai tingkat kematangan maksimalnya walaupun sudah mencapai akhir masa remaja.4  

Penelitian pada sejumlah subjek yang dibiarkan kehausan selama 24 jam membuktikan bahwa dehidrasi derajat sedang (lebih dari 2%) dapat menyebabkan gangguan yang signifikan pada fungsi kognitif dan motorik, misalnya memori jangka pendek, diskriminasi perspektif, dan fungsi visual-motorik. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah air yang hilang antara laki-laki dan perempuan.1

Penelitian lain menunjukkan bahwa subjek yang masih muda dan sehat mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap berkurangnya jumlah air dalam tubuh yang bersifat lambat dan progresif. Kemunduran awal memori jangka pendek akibat dehidrasi akut dapat kembali ke keadaan semula 3,5 jam setelah diberikan air minum. Akan tetapi, kemampuan adaptasi ini tidak berlaku bagi anak-anak karena kehilangan air pada anak-anak umumnya bersifat cepat dan progresif, misalnya setelah bermain dalam waktu yang lama di lingkungan panas.5

Dari pembahasan di atas, kita dapat melihat betapa pentingnya air bagi perkembangan otak anak. Air juga berguna untuk menghindari terjadinya gangguan fungsi kognitif dan motorik, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu, saya ingin mengajak teman-teman pembaca blog ini untuk mulai mengonsumsi air minum secara teratur, minimal 1,5 L atau sekitar 8 gelas setiap harinya.6 Teman-teman juga harus mulai mengingatkan orang-orang di lingkungan sekitar teman-teman, terutama anak-anak untuk selalu mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup setiap harinya. Tentunya, air yang diminum tidak boleh sembarangan, haruslah air bersih yang memang layak untuk diminum. Jika ragu-ragu apakah air tersebut layak untuk minum atau tidak, teman-teman sebaiknya memilih air mineral yang memang sudah lolos uji atau terdaftar di BPOM RI.

Referensi:

1. Szinnai G, Schachinger H, Arnaud MJ, Linder L, Keller U. Effect of water deprivation on cognitive-motor performance in healthy men and women. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 2005 April 21; 289: 275-280
2. Moghaddam MA, Ottersen OP. The molecular basis of water transport in the brain. Nature Reviews Neuroscience. 2003 December; 4: 991-1001
3. Fowler JS, Volkow ND, Kassed CA, Chang L. Imaging the addicted human brain. Sci Pract Perspect. 2007 April; 3(2): 4-16
4. Johnson SB, Blum RW, Giedd JN. Adolescent maturity and the brain: The promise and pitfalls of neuroscience research in adolescent health policy. J Adolesc Health. 2009 September; 45(3): 216-221
5. Cian C, Barraud PA, Melin B, Raphel C. Effects of fluid ingestion on cognitive function after heat stress or exercise-induced dehydration. Int J Psychophysiol. 2001; 42: 243-251
6. EFSA Panel on Dietetic Products, Nutrition, and Allergies (NDA). Scientific opinion on dietary reference values for water. EFSA Journal. 2010; 8(3): 1459.

1 komentar: