Selamat memeriksakan diri kita masing-masing.
Anggap saja seperti check-up ke
dokter tiap bulan :)
Di dunia ini, hampir setiap orang pasti mengalami pergumulan dalam dirinya. Baik kaum muda maupun kaum tua berlomba-lomba untuk menemukan jati diri dan tujuan hidupnya. Untuk itu, mereka berusaha untuk menemukan sosok Tuhan yang selama ini mereka sembah. Demikian pula dengan umat Kristiani, banyak di antara kita yang merasa sudah menemukan tujuan hidup dengan melakukan segala perintah Tuhan. Tapi, apakah segala hal yang telah kita lakukan selama ini sudah berkenan kepada Tuhan? Apakah segala hal yang kita banggakan sudah sesuai dengan firman-Nya?
Di dunia ini, hampir setiap orang pasti mengalami pergumulan dalam dirinya. Baik kaum muda maupun kaum tua berlomba-lomba untuk menemukan jati diri dan tujuan hidupnya. Untuk itu, mereka berusaha untuk menemukan sosok Tuhan yang selama ini mereka sembah. Demikian pula dengan umat Kristiani, banyak di antara kita yang merasa sudah menemukan tujuan hidup dengan melakukan segala perintah Tuhan. Tapi, apakah segala hal yang telah kita lakukan selama ini sudah berkenan kepada Tuhan? Apakah segala hal yang kita banggakan sudah sesuai dengan firman-Nya?
Hal
inilah yang juga menjadi pergumulan saya. Meskipun saya sudah mengenal Tuhan
sejak kelas 5 SD, tapi saya masih belum bisa merasakan semangat Tuhan dalam
diri saya. Jikapun ada, semangat itu tidak bertahan untuk waktu yang lama
(bahkan mungkin paling lama hanya 1 bulan). Suatu saat, tanggal 11 Januari 2013,
sekitar pk 15.45, saya diberikan buku yang berjudul “Spiritual Check-Up” oleh
kakak KTB (kelompok tumbuh bersama) saya. Kebetulan dari tanggal 11-13 Januari,
saya mempunyai kesibukan yang mengharuskan saya untuk bermalam di salah satu
villa di Puncak. Sepanjang kesibukan tersebut, saya selalu berusaha untuk
membaca buku ini. Kemudian, saya melanjutkan untuk membacanya kembali selama
liburan saya di rumah. Buku ini memberi banyak perubahan dalam hidup saya
karena materi di dalam buku ini banyak memberikan perspektif baru mengenai
hidup seorang Kristen. Berikut ini adalah ringkasan yang saya coba buat dari
buku tersebut. Tentunya akan lebih baik, jika kawan-kawan membaca buku tersebut
secara keseluruhan. Saran dari saya, carilah tempat yang hening dan
memungkinkan kita untuk berkonsentrasi saat membaca buku ini.
Bab I. Apakah
Anda Haus Akan Tuhan?
Walaupun
kita tidak merasakannya secara terus menerus, tetapi setiap jiwa pasti memiliki
suatu kehausan. Entah sudah seberapa sempurnanya kita menurut orang lain secara
fisik dan rohani, Tuhan tidak membuat kita merasa puas dengan keadaan kita yang
sebenarnya.
Manusia
biasa (yang belum bertobat) memiliki jiwa yang kosong. Tanpa Tuhan, mereka
terus menerus mengejar sesuatu yang dapat mengisi kekosongan tersebut, seperti
uang, seks, kekuasaan, dan hal duniawi lainnya. Beda halnya dengan manusia yang
merasa haus dari jiwa yang kering. Jiwa yang kering berarti pernah mengalami
“aliran-aliran kehidupan” dan menyadari ada sesuatu yang hilang. Mungkin rasa
haus seperti ini yang paling banyak dialami oleh umat Kristiani. Sesungguhnya
seperti yang Yesus katakan dalam Yohanes 4:14, bahwa, “Siapa saja yang minum
air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya...”
Selain itu, ada juga rasa haus dari jiwa yang puas. Tidak seperti jiwa yang
kering, jiwa yang puas akan merasa haus akan Tuhan karena ia merasa puas akan
Tuhan. Ia telah “mengecap dan melihat betapa baiknya Tuhan itu” (Mazmur 34: 9),
dan rasanya begitu memuaskan sehingga ia ingin lebih.
Dahaga
merupakan bagian rancangan Tuhan agar kita terus mengalami pertumbuhan jiwa.
Lalu, bagaimana cara mempraktikannya? Beberapa langkah praktis untuk
mendapatkan pemuasan dahaga antara lain:
1.
Merenungkan firman Tuhan
Banyak
hal yang perlu kita pikirkan dalam otak kita, jika kita tidak menyerap beberapa
di antaranya (hanya sekedar membaca firman Tuhan), maka semuanya itu akan
sia-sia dan tidak ada yang akan mempengaruhi diri kita. Cara paling tepat untuk
menyerapnya adalah dengan perenungan
2. Menaikkan doa dari firman
Tuhan
Sampai
sekarang saya masih belum mempraktikan bagian ini. Akan tetapi, kita dapat
mempraktikannya dengan berdoa menggunakan bagian Alkitab yang kita baca pada
hari itu.
3.
Membaca karya penulis yang
membuat jiwa kita merasa haus
Setelah
membaca bagian dari Alkitab, kita juga dapat mencoba untuk membaca karya para
penulis kristiani yang telah teruji oleh waktu.
Bab
II. Apakah Anda Makin Dikuasai Firman Tuhan
Apakah kita pernah
mendapati diri kita secara sadar menyelidiki bagaimana Alkitab berbicara
mengenai satu bidang kehidupan tertentu? Apakah kita sering bertanya kepada
orang lain, agar dapat membantu kita menerapkan Alkitab pada situasi tertentu?
Banyak orang kristiani yang mengaku sering membaca alkitab, pergi ke gereja,
namun tidak dapat mengingat apakah ada perubahan atas perilaku mereka yang
dihasilkan oleh temuan-temuan baru dalam firman Tuhan. Banyak dari kita yang
membawa alkitab ke gereja, namun tidak dapat mengingat kapan terakhir kali
Alkitab mengubah kehidupan kita sehari-hari.
Lalu
bagaimana cara kita agar semakin dikuasai firman Tuhan? Berikut adalah beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk membangun ketergantungan kepada firman Tuhan:
1. Memperdalam
hasrat kita terhadap firman Tuhan.
Tanpa
makanan rohani, tidak ada pertumbuhan rohani. Salah satu cara untuk menikmati
makanan Tuhan adalah dengan mendisplin diri untuk melahapnya. Tidak ada sesuatu
yang dapat membuat kita lapar akan Alkitab selain Alkitab itu sendiri.
2. Meluangkan
waktu untuk firman Tuhan.
Jika
kita tidak dapat meluangkan waktu, berarti kita tidak bergantung pada Alkitab.
Sama seperti meluangkan waktu untuk melahap makanan jasmani, kita pun harus
melakukan hal yang sama dengan makanan rohani
3. Membaca Alkitab setiap hari
dan tidak menutupnya sampai kita mengerti setidaknya satu hal yang Tuhan ingin
supaya kita lakukan sebagai respons atas bacaan tersebut
4. Membuat
daftar setidaknya lima hal yang selama ini belum kita lihat dengan pandangan
alkitabiah.
Kemudian, menyelidiki Alkitab dan
merenungkan dengan sungguh-sungguh satu hal setiap hari selama lima hari
mendatang
5. Melihat
setiap masalah dalam diri kita dan bertanya, “Bagaimana Alkitab menanggapi hal
ini?”
Dengan
hal ini, seseorang secara nyata menunjukkan bahwa ia mengasihi Tuhan dan mau
menuruti kehendak-Nya. Ia mampu melihat kebaikan dan hikmat yang ada dalam
jalan Tuhan.
Bab III.
Apakah Anda Makin Banyak Mengasihi?
Kasih
adalah tanda dan karakteristik kekristenan. Seseorang bisa saja unggul dalam
banyak bidang, seperti kemampuan bersaksi, akademik, pekerjaan, jabatan,
kemampuan mengajar, tetapi semua itu kecil nilainya jika tidak disertai
pertumbuhan dalam hal paling istimewa bagi umat kristiani – kasih.
Banyak
orang yang membanggakan dirinya karena merasa dirinya penuh kasih. Kerap kali
kita keliru menggolongkan kasih sebagai natural
affection. Dalam kondisi normal, orang tua mengasihi anaknya, anggota
keluarga saling mengasihi. Namun, kasih sayang alami hanyalah satu dari
beberapa jenis tiruan kasih dari orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Orang-orang yang dipenuhi kasih akan menunjukkan pertumbuhan setidaknya dalam
tiga hal, yaitu kasih bagi sesama orang kristiani, kasih bagi yang terhilang,
dan kasih bagi keluarga kita sendiri.
Lalu,
bagaimana cara untuk menumbuhkan kasih? Berikut adalah beberapa hal yang dapat
dipraktikan agar semakin dewasa dalam kasih karunia yang menyerupai Kristus:
1. Mengambil waktu untuk
merenungkan tentang kasih sebagai tanda paling penting dan unik dari seorang
kristiani.
Kasih
adalah karunia Tuhan, tetapi bukan karunia
dalam pengertian yang sama dengan karunia rohani seperti mengajar yang hanya
dimiliki orang tertentu saja. Umat Kristiani sudah seharusnya menunjukkan kasih
dalam kehidupan sehari-hari. “Siapa yang tidak mengasihi, ia tidak mengenal
Allah” (1 Yohanes 4:8)
2.
Membiarkan hati kita
sering-sering dihangatkan oleh nyala kasih Tuhan.
Kita
harus mengalami sendiri kasih Tuhan sebelum kasih itu bisa memancar
terus-menerus dari diri kita untuk sesama. Hal ini berarti, ketika kita berdoa
dan membaca Alkitab, kita harus membiasakan untuk membiarkan aspek kasih Tuhan
(terutama Salib) menarik perhatian kita seperti pesona kobaran api di tungku
penghangat ruangan.
3. Menemukan keyakinan bahwa
Tuhan adalah Bapa kita ketika kita mengasihi seperti Dia mengasihi.
Anak
manusia pasti terlahir dengan ciri-ciri manusia, bukan serigala ataupun hewan
lainnya. Demikian pula dengan kita, setiap orang yang “lahir” dari Allah
(anak-anak Allah) pasti akan menunjukkan kasih karena ciri khas Tuhan adalah
kasih.
4.
Menjadikan sikap meneladani
Tuhan sebagai sukacita kita
5. Mengenali dalam
hubungan-hubungan mana saja kita paling perlu bertumbuh dalam kasih.
Pikirkan
orang-orang tertentu ketika kita hendak bertumbuh dalam kasih, bukan sekedar
orang secara umum. Hal ini bukan berarti kita tidak perlu menunjukkan kasih
kepada orang secara umum.
6. Mengambil inisiatif untuk
menyatakan kasih, terutama ketika kecil kemungkinannya kasih kita akan mendapat
balasan.
Biarlah
sukacita yang kita rasakan karena meneladani Tuhan menjadi penuh, tanpa
mempedulikan tanggapan orang lain terhadap kasih yang kita tunjukkan.
Bab IV.
Apakah Anda Makin Peka Terhadap Kehadiran Tuhan?
Kapan
terakhir kali kita berpikir, “Tuhan hadir di sini?”. Mungkin pada saat
mendengar khotbah yang istimewa atau saat berdoa secara khusyuk kepada Tuhan.
Sayangnya, kepekaan umat kristiani semakin tumpul terhadap kehadiran Tuhan.
Banyak dari kita yang mengetahui bahwa sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini,
dan aku tidak mengetahuinya. Padahal Yesus pernah berjanji, “Aku akan menyertai
kamu senantiasa”. Tumpulnya kepekaan ini mengakibatkan orang jarang berpikir
tentang Tuhan, tentang firman Tuhan, dan tentang kehendak Tuhan. Kerap kali,
digambarkan bahwa kita perlu menyelami kedalaman jiwa kita untuk menjumpai
Tuhan yang berdiam dalam diri kita, atau membayangkan Dia sedang duduk bersama
kita. Masalahnya, Alkitab tidak pernah memerintahkan kita untuk melakukannya
dan tidak pernah pula menggambarkan pengalaman yang semacam itu. Alkitab justru
meminta kita untuk (1) mencari Tuhan melalui firman-Nya, atau (2) mencari Tuhan
melalui pengalaman-pengalaman yang dibangun di atas firman-Nya, atau (3)
mencari Tuhan dalam keseharian kita sesuai petunjuk firman-Nya.
Lalu,
bagaimana kita dapat semakin sadar akan kehadiran Tuhan? Berikut adalah
beberapa langkah praktis yang dilakukan untuk membuka mata rohani kita akan
kehadiran Tuhan:
1.
Meningkatkan frekuensi
mengunjungi tempat di mana Tuhan telah menyatakan diri-Nya secara jelas, yaitu
Alkitab.
2.
Mencari Dia dalam
perwujudan kehadirannya di tengah-tengah ibadah jemaat.
Sebagaimana
ada beberapa pegalaman bersama Tuhan yang diberikan hanya dalam penyembahan
pribadi, demikian pula ada penyataan-penyataan kehadiran Tuhan yang hanya dapat
ditemukan dalam ibadah jemaat, misalnya Perjamuan Kudus
3. Meneguhkan kembali secara
terus-menerus kebenaran bahwa Tuhan itu mahahadir.
Tuhan
ada bersama kita, bahkan ketika kita merasa hal itu tidak benar. Hal ini akan
mendorong kita agar hidup lebih berpegang pada iman daripada perasaan. Perasaan
kita bisa saja mengatakan bahwa Tuhan sepertinya sangat jauh. Akan tetapi, iman
dalam kebenaran akan menanggapi, ”Namun, Tuhan ada di sini. Dia berjanji tidak akan pernah membiarkan ataupun
meninggalkan saya. Entah saya merasakan kehadiran Tuhan atau tidak,
kebenarannya: Tuhan hadir di sini bersama saya setiap waktu dalam hidup saya.
Saya akan meyakini kebenaran itu”
Bab V. Apakah
Anda Makin Peduli Akan Kebutuhan Rohani dan Jasmani Sesama?
Meskipun
kita meyakini urutan prioritas dalam diri kita adalah ajaran yang alkitabiah,
kita harus waspada terhadap bahaya yang terkandung dalam kecenderungan kita,
yaitu mengabaikan kebutuhan jasmani. Yakobus 2:15-16 bertanya, “Jika seroang
saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan
sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata, ‘Selamat jalan, kenakanlah
pakaian hangat dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?” Dengan kata lain,
membagikan berkat rohani tanpa memperhatikan kebutuhan jasmani orang itu,
tidaklah membawa manfaat bagi siapapun. Penginjilan yang mengabaikan kenyataan
bahwa orang yang diinjili itu sedang menderita karena kelaparan sama saja seperti
memberitahu orang, “Saya sangat mengasihi Anda dan saya sangat peduli dengan Anda sehingga saya ingin
menyampaikan berita yang membawa hidup kekal kepada Anda, tetapi menurut saya,
kebutuhan jasmani Anda yang mendasar dan mendesak itu tidak terlalu penting.
Intinya adalah ketika kita melakukan sesuatu bagi pemberitaan Injil, kita juga
perlu memperhatikan kebaikan sesama. Tuhan tidak mengharapkan kita memenuhi
setiap kebutuhan yang ditunjukan-Nya. Bahkan, Yesus sendiri pun tidak memenuhi
setiap kebutuhan yang Dia temui. Akan tetapi, Bapa kita yang penuh kemurahan
berharap agar kita mendapatkan sukacita yang berlimpah di dalam Dia sehingga,
seperti Yesus, kita akan menemukan kegembiraan dan kepuasan ketika kita
melayani kebutuhan sesama untuk menyenangkan Bapa kita di surga.
Bab VI.
Apakah Anda Menaruh Kesukaan di dalam Mempelai Kristus?
Paulus
berkata, “Hai suami, kasihanilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan
demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat
atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela”
(Efesus 5:25-27). Seperti halnya Kristus, setiap orang yang mendapatkan Roh
Kudus akan mengasihi apa yang Yesus kasihi dan apa yang baginya Yesus rela mati,
yakni mempelai-Nya, gereja. Kesukaan kepada orang-orang kudus adalah kesukaan
yang diberikan Tuhan, bukan sesuatu yang muncul karena adanya tekad dari dalam
diri. Menaruh kesukaan itu jauh melebihi sekadar rasa senang biasa. Kesukaan
sejati harus diekspresikan. Berikut adalah dua hal yang dapat dipraktikan untuk
mengekspresikan kesukaan kita kepada orang-orang kudus Tuhan:
1. Bertumbuhlah untuk lebih
memandang mempelai Kristus dan apa yang dilakukannya sebagaimana Yesus
memandangnya.
Ketajaman
mata secara fisik cenderung akan melemah seiring bertambahnya usia manusia,
tetapi mata iman dari seseorang yang dewasa secara rohani, akan makin tajam dan
memiliki kemampuan untuk mengenali hal-hal yang detail. Makin mata kita melihat
mempelai Yesus dan karyanya sebagaimana dilihat Yesus, kita akan makin
mengasihinya.
2. Tunjukkan kesukaan Anda di
dalam mempelai Kristus dalam cara-cara yang akan membuat perbedaan secara
nyata.
Karya
gereja setempat merupakan karya Yesus di dunia. Carilah kesukaan yang ditemukan
dalam bidang-bidang pelayanan yang tidak kelihatan dan tidak menonjol. Kejarlah
kemuliaan rahasia yang tersembunyi di balik pelayanan yang tampaknya biasa.
Seberapa pun rendah atau tak berguna tampaknya karya gereja di mata dunia, ini
adalah pekerjaan yang akan bersinar dengan kemuliaan Tuhan selama-lamanya.
Bab VII. Apakah Disiplin
Rohani Makin Penting Bagi Anda?
Satu
hal yang paling berperan dalam menyalakan api pertumbuhan rohani adalah
disiplin rohani yang dipraktikan dengan tekun. Disiplin rohani bagaikan alat
peniup dan pengorek apai yang menjaga api kekal yang telah Dia kobarkan di
dalam diri umat-Nya. Disiplin rohani adalah sarana-sarana yang ditetapkan
Tuhan, yang dapat menolong kita mendekat kepada Tuhan, mengalami-Nya, dan
diubahkan makin serupa dengan Kristus.
Disiplin
rohani dapat dikelompokkan menjadi disiplin rohani pribadi dan kelompok
(jemaat). Contoh disiplin rohani pribadi adalah membaca dan merenungkan Alkitab
secara pribadi, doa pribadi, berpuasa, dan berwaktu teduh. Contoh disiplin
rohani kelompok adalah kebaktian dan doa bersama. Sayangnya, banyak umat
Kristiani yang hanya fokus pada salah satu kelompok disiplin rohani.
Lalu,
bagaimana cara menjaga disiplin rohani? Berikut adalah beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menjaga pertumbuhan rohani:
1. Semakin bertekun dalam
usaha untuk makin serupa dengan Kristus dan menikmati-Nya melalui disiplin
rohani, bukan hanya mengejar efisiensi dan menyelesaikan berbagai macam
kewajiban
2. Melawan godaan untuk
percaya kepada kerohanian instan atau jalan pintas menuju keserupaan dengan
Kristus.
Tidak
ada jalan yang cepat dan mudah menuju kedewasaan rohani. Jiwa yang mencari
kematangan rohani yang lebih dalam harus disiapkan untuk tugas yang lama dan
sulit. Jika kita hendak mencari kerajaan Allah, kita harus mengabaikan formula
apa pun yang menjanjikan kepuasan rohani secara instan.
3.
Menyalakan kehidupan rohani
kita dengan setidaknya satu sodokan.
Pilihlah
setidaknya satu disiplin rohani yang jelas untuk membuat sekurangnya satu
sodokan nyata dalam api bagi pertumbuhan jiwa kita.
Bab
VIII. Masihkah Anda Berdukacita Karena Dosa?
Makin dekat
dengan Kristus, makin kita akan membenci dosa karena dosa sama sekali tidak
serupa dengan Kristus. Introspeksi berlebihan bisa jadi adalah dosa. Namun,
semangat zaman ini tidak membuat kita cenderung merenungi dosa. Bahkan, hiburan
rohani di gereja memiliki ciri-ciri lebih ke kebaktian “penyembahan” dibanding
pengakuan dosa. Perlu ada proporsi yang seimbang antara peristiwa pengakuan
dosa dalam kehidupan kristiani dengan kemerdekaan tiada banding dari
pengampunan dan anugerah keselamatan. “Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur” (Matius 5:4). Ayat ini tidak hendak mengatakan
bahwa orang kristiani sebaiknya meratapi dosa setiap saat, tetapi kita harus
berduka atas dosa seumur hidup kita.
Dukacita
karena dosa tidak boleh hanya merupakan dukacita dari dunia melainkan harus
dukacita “menurut kehendak Allah”. Dukacita dari dunia tidak akan menghasilkan
pertobatan alkitabiah, tetapi dukacita menurut kehendak Allah akan mengarahkan
orang menuju akhir yang benar, yaitu pertobatan dan buah dari pertobatan.
Dukacita menurut kehendak Tuhan lebih dari sekadar mengakui ketidaksempurnaan
kita. Banyak orang kristiani tidak lagi menunjukkan dukacita dalam pengakuan dosa
kepada Tuhan, tak ubahnya seperti seorang anak yang dipaksa bilang “aku minta
maaf” kepada ayahnya. Dukacita menurut kehendak Allah atas dosa pasti
melibatkan kesedihan yang sangat. Dukacita menurut kehendak Allah juga
menghasilkan pertobatan, yakn perubahan cara berpikir mengenai dosa yang
membawa kita kepada perubahan perilaku.
Berikut
adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan jika kita tidak berdukacita karena
dosa:
1.
Memohon supaya Tuhan
menunjukkan kondisi keberdosaan kita
2. Berdoa dengan perlahan mengikuti
Mazmur 51 dan menjadikan mazmur ini sebagai doa dari dasar diri kita
3. Merenungkan fakta bahwa
dosa kitalah yang memalukan Dia yang kudus dan tak berdosa dari Surga pada kayu
salib
4.
Mengabarkan Injil kepada
diri kita sendiri setiap hari
Mengabarkan
Injil kepada diri kita sendiri berarti kita terus menghadapi keberdosaan kita,
kemudian berlari kepada Yesus melalui iman dalam darah-Nya yang telah tercurah
dan dalam kehidupan-Nya yang benar.
Bab
IX. Apakah Kita Makin Cepat Mengampuni?
Meskipun
hati kita membuncah dengan amarah, oleh anugerah Tuhan, ada dorongan di hati
kita untuk mengampuni orang lain. Pengampunan adalah kehendak Tuhan dan juga
merupakan jalan kembali menuju kemerdekaan dan sukacita.
Tidak
seperti hamba yang diceritakan dalam Matius 18: 21-35, hamba Tuhan yang sejati
akan menjadi seorang pengampun. Mengetahui bahwa Tuhan telah mengampuni utang
dosanya yang tidak mungkin bisa terhapus, ia bersedia mengampuni orang lain.
Dan, anugerah Tuhan membuatnya ingin mengampuni dosa-dosa lain yang relatif
tidak signifikan dibandingkan dosanya, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan
dari hati.
Dalam
Alkitab, tidak ada istilah “memaafkan dan melupakan”. Tidak hanya itu, Alkitab
tidak pernah meminta kita untuk melupakan pelanggaran setelah kita memaafkannya,
meskipun terkadang sikap melupakan merupakan buah dari pengampunan. Mengampuni
bukanlah komitmen untuk tidak pernah mengingat pelanggaran, tetapi pengampunan
adalah janji untuk tidak pernah menggunakan dosa untuk melawan si pelaku dosa
di kemudian hari. Meskipun kita tidak mungkin sepenuhnya melupakan pelanggaran,
sebaiknya kita memperlakukan orang yang diampuni seolah-olah kita sudah lupa.
Yesus
berkata, “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia
menyesal, ampunilah dia” (Lukas 17:3). Meskipun kesalahan orang itu sangat
jelas bagi kita, mungkin saja si pelaku kesalahan bahkan tidak menyadari bahwa
kita merasa tersakiti. Jika kita mendapati diri kita tidak dapat
mengabaikannya, apa pun bentuk kesalahan itu, dan sulit mempraktikkan 1 Petrus
4:8, yaitu, “kasih menutupi banyak sekali dosa”, maka tanggung jawab kita
adalah menolong si pelaku melihat kesalahannya, dan mengusahakan rekonsiliasi.
Orang
kristiani sejati suka mengampuni. Karena pengampunan Tuhan atas mereka, orang
kristiani sejati akan berpikir betapa indah dan menyerupai Tuhan ketika mereka
memberi atau menerima pengampunan. Itulah sebabnya, kesiapan untuk mengampuni
adalah suatu tanda yang jelas akan pertumbuhan dalam kesalehan.
Bab
X. Apakah Anda Merindukan Surga dan Hidup Bersama-sama dengan Yesus?
Paulus
berkata dalam 2 Korintus 5:2, “Selama kita di dalam kemah ini, kita [mengacu
kepada tubuh jasmani kita] mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman surgawi.” Tentu saja, orang Kristiani tidak hanya mendambakan tubuh
yang baru dan dimuliakan, tetapi juga semua hal yang berhubungan dengan
perubahan tersebut. Jadi, ketika orang kristiani mendambakan pembebasan tubuh,
ia juga berharap untuk berada di hadirat Tuhan, yang akan membebaskan tubuhnya
untuk hidup di surga selamanya dan menikmati persekutuan yang kekal dengan umat
Tuhan.
Kerinduan
untuk mengakhiri kehidupan yang melelahkan, serta memulai kehidupan yang baru
dan lebih nyaman adalah kerinduan semua umat manusia, bukan hanya orang
kristiani. Selain itu, keinginan untuk melihat anak, orangtua, atau pasangan
mereka di surga, tidak berarti ia bertumbuh sebagai seorang kristiani. Itu sama
sekali bukan tanda iman, melainkan tidak lebih daripada kasih sayang alami.
Jadi pertanyaannya bukan hanya, “Apakah kita merindukan surga dan hidup
bersama-sama dengan Yesus?”, melainkan juga “Untuk surga yang mana dan Yesus yang
mana?”. Orang kristiani yang bertumbuh makin merindukan surga yang kudus, bukan
hanya surga yang nyaman. Berharap akan hubungan yang kudus, bukan sekadar
nostalgia. Kerinduan yang teramat dalam untuk melihat Yesus yang kudus. Intinya
adalah orang kristiani yang bertumbuh mendambakan kekudusan di surga lebih dari
segalanya.
Lalu, apa
yang dapat kita lakukan agar dapat mendambakan kekudusan surga di atas
segalanya?
1.
Menetapkan pikiran kepada
perkara yang di atas.
Salah
satu cara orang kristiani untuk bertumbuh adalah dengan banyak memikirkan
hal-hal besar, subjek yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup. Tidak ada
subjek yang lebih berkuasa atau layak dipikirkan, selain Tuhan Yesus Kristus,
surga, dan pembebasan tubuh. Orang kristiani yang bertumbuh akan menganggap
serius dan bersukacita atas perintah, “carilah hal-hal yang di atas, di mana
Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah hal-hal yang di atas,
bukan yang di bumi” (Kolose 3:1-2)
2.
Menyucikan diri sebagai
persiapan untuk melihat Pribadi Yang Suci
“Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya [melihat Dia], menyucikan diri
sama seperti Dia adalah suci” (1 Yohanes 3:3). Kerinduan kita akan kekudusan di
surga menarik kita menuju kekudusan sekarang. Kita tidak bisa hanya menunggu
kekudusan, tetapi harus mengejarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar